Tugas
Observasi E-learning
O
L
E
H
Kelompok
Satu:
-
R.M
Afif Andri nabawi (121301010)
-
Muhammad
Yusuf Lubis (121301028)
-
Vina
Aulia Pratiwi (121301072)
-
Ika
Maria
(121301114)
-
Al
Mira Putri (121301116)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
hidayah dan karunia-Nya sehingga laporan hasil observasi ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun sebagai
tugas kelompok mata
kuliah Psikologi Pendidikan dari hasil kegiatan observasi di SMA
Harapan 1 Medan. Saran dan kritik dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan observasi ini karena
penulis menyadari bahwa laporan observasi ini masih banyak kekurangan. Semoga
laporan observasi ini memberi manfaat bagi pembacanya.
Medan,
6 juni 2013
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
A.
Pendahuluan
B.
Identitas Sekolah
C.
Objekstif Observasi
D.
Teori Pendekatan Untuk
Pembelajaran
I.
Pendekatan Behavioral
II.
Pendekatan Kognitif
E.
Motivasi
I.
Persepektif tentang motivasi
II.
Motivasi untuk meraih sesuatu
F.
Orientasi Belajar
I.
Teacher Center Learnig
II.
Student Center Learning
G.
Manajemen Kelas
I.
Mendesain Lingkungan Fisik
Kelas
II.
Menciptakan Lingkungan Positif
Untuk Pembelajaran
H.
Laporan Hasil Observasi
I. Wawancara
II. Fasilitas Kelas
III. Evaluasi
I. Rangkuman Hasil Observasi
I. Menurut kelompok
II. Menurut Pandangan
Pribadi
J. Testimoni Tiap Anggota Kelompok
I. R.M Afif Andri Nabawi
II. Muhammad Yusuf Lubis
III. Vina Aulia Pratiwi
IV. Ika Maria
V. Al Mira Putri
A. Pendahuluan
Beberapa
waktu belakangan ini, beberapa sekolah menggunakan metode pembelajaran yang
baru yaitu e-learning. Sedangkan
pengertian e learning adalah pembelajaran jarak jauh
(distance Learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer
atau Internet. E-Learningmemungkinkan pembelajar untuk belajar
melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi
mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-Learning sering
pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses
dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik
melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan
media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar
dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD,
selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat
di mana dia berada.
Kami mencoba meneliti di sebuah sekolah untuk melihat apakah konsep
pembelajaran e learning ini dapat berfungsi dengan baik dan apakah metode ini
lebih baik dari pada metode pembelajaran yang lama. Di sekolah yang kami
teliti, menggunakan metode e learning sikron, offline, dan online.
B. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA swasta harapan 1
Alamat :
Jl. Imam Bonjol No. 35
Luas Tanah :
5533 meter persegi
Tanggal Diresmikan :
4 Februari 1967
Jumlah Lokal/kelas :
18 Kelas
Semboyan :
Iman, Ilmu, Amal
Kepala Sekolah :
DRS. H. SOFYAN ALWI M. HUM
Wakil Kepala Sekolah 1: DRS. ANWAR
Wakil Kepala Sekolah 2: AGUS SUPRIYADI, SH
Wakil Kepala Sekolah 3: EFLIN NURIADIN, S.PD
Jumlah Guru
(aktif) : 46 orang
Staff :
6 orang
Jam aktif belajar :
07.30-02.00 (Senin-Kamis) 07.30-11.30 (Jumat-Sabtu)
Fasilitas :
a) Galery
ATM
b) Ruang
UKS
c) Koperasi
d) Musholla
e) Lapangan
Basket
f) Lab
computer
g) Lab
Kimia
h) Lab
Fisika
i)
Lab Biologi
j)
Perpustakaan
k) Lab
Bahasa
Unit Kegiatan siswa/ekstrakurikuler :
a) Futsal
b) basket
c) English
Club
d) PMR
e) Pramuka
f) Paskhas
(paskibra)
g) Paduan
Suara
h) Badminton
i)
Ansamble Musik SMA
HARAPAN 1 MEDAN
Sejarah Sekolah
:
Lahirnya Yayasan Pendidikan Harapan
merupakan salah satu manifestasi dari kehendak masyarakat yang merasa
tertinggal dalam bidang pendidikan baik karena penjajahan maupun akibat
kurangnya perhatian orde lama.
Dengan munculnya orde baru yang lahir tahun 1966,
maka pendidikan ditempatkan pada posisi utama dalam proses pembangunan. Sejalan
dengan itu beberapa tokoh masyarakat Sumatera Utara baik dari kalangan sipil
maupun militer pada waktu itu merasa bahwa lembaga pendidikan yang ada selama
ini di Sumatera Utara belum dapat menampung anak-anak sekolah apalagi sekolah
yang bersifat umum namun bernafaskan Islam. Mereka mempunyai ide pendirian
sebagai berikut:
1. Untuk membantu pemerintah menanggulangi pendidikan
2. Perlu adanya pendidikan yang lebih baik bagi anak
didik, dengan bersyaratan:
a. Mempunyai corak bernafaskan agama
(Islam)
b.
Mempunyai mutu pendidikan yang berkualitas
Ide tersebut dituangkan dalam Anggaran Dasar
Yaspendhar sebagai maksud dan tujuan sebagai berikut :
- Membentuk manusia susila yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa serta mempunyai keinsyafan bertanggung jawab terhadap usaha mewujudkan suatu masyarakat sejahtera berdasarkan ajaran Pancasila
2.
Membantu pemerintah dalam
melaksanakan mempertinggi pendidikan, pengajaran dan penyebaran ilmu
pengetahuan dikalangan anak didik khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya
menuju tertib mesyarakat ber-Pancasila, segala sesuatu dalam arti kata
seluas-luasnya.
Untuk mewujudkan maksud dan tujuan tersebut,
disusunlah rencana usaha yang akan dilaksanakan, yaitu:
1.
Menerima anak didik
sebanyak-banyaknya dengan tidak memandang perbedaan suku dan mempunyai
kepercayaan berkeTuhanan Yang Maha Esa.
2.
Membuka dan membangun
taman-taman pendidikan atau rumah-rumah sekolah dari tingkat taman kanak-kanak
sampai dengan tingkat Universitas.
3.
Memberikan subsidi/tunjangan
belajar kepada pelajar-pelajar yang mempunyai bakat dan kecakapan guna
melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi.
4.
Mengusahakan penerbitan,
penterjemahan karya ilmiah serta bacaan lainnya yang bermanfaat bagi
masyarakat.
5.
Mengadakan hubungan kerjasama,
di bidang pendidikan dengan negara-negara sahabat dalam
batas-batas tidak merugikan kepentingan nasional dan mengorbankan kepribadian
bangsa.
6.
Mengadakan penelitian untuk
kemajuan pengetahuan.
Hasil rumusan dari
pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh para tokoh masyarakat tersebut,
dibarengi dengan usaha untuk mewujudkannya, telah menunjukkan titik cerah
dengan diserahkannya izin pemakaian gedung/tanah Jl. Imam Bonjol No. 35 oleh
pemerintah cq Dep. P dan K kepada mereka. Gedung inilah yang dipergunakan oleh
Yaspendhar dan belakangan diadakan perbaikan dan pembangunan baru.
Tanah dan gedung ini mulanya bekas sekolah ORANYE SCHOOL, terdaftar atas nama pemiliknya Medansche School Vereeniging dengan Hak Erfpacht. Kemudian setelahkembali ke tangan pemerintah, gedung tersebut diserahkan kepada FKIP Negeri, SHD, SMEA Negeri dan PGSLP Negeri. Pada tahun 1958 gedung ini hanya diberikan pemakaiannya kepada IKIP Negeri Medan dan akhirnya kepada IAIN.
Setelah pemerintah memindahkan sekolah-sekolah tersebut ke tempat lain yang lebih baik, pada tanggal 5 Januari 1967 diadakan serah terima kepada pihak Perguruan Harapan (Berita Acara Serah Terima No. 53/Perw/D/Skp/67), masing-masing ditandatangani oleh Alm. Bapak Moh. Alwi Oemry Kepala Perwakilan P dan K Sumatera Utara waktu itu dari pihak pemerintah dan Bapak Raja Syahnan, SH dari pihak Perguruan Harapan. Luas tanah yang diserahkan itu 5533 meter persegi, dengan bangunan diatasnya terdiri dari 18 lokal belajar. Kelengkapan lainnya saat itu sangat sederhana sehingga perlu perbaikan dan penambahannya.
Tanah dan gedung ini mulanya bekas sekolah ORANYE SCHOOL, terdaftar atas nama pemiliknya Medansche School Vereeniging dengan Hak Erfpacht. Kemudian setelahkembali ke tangan pemerintah, gedung tersebut diserahkan kepada FKIP Negeri, SHD, SMEA Negeri dan PGSLP Negeri. Pada tahun 1958 gedung ini hanya diberikan pemakaiannya kepada IKIP Negeri Medan dan akhirnya kepada IAIN.
Setelah pemerintah memindahkan sekolah-sekolah tersebut ke tempat lain yang lebih baik, pada tanggal 5 Januari 1967 diadakan serah terima kepada pihak Perguruan Harapan (Berita Acara Serah Terima No. 53/Perw/D/Skp/67), masing-masing ditandatangani oleh Alm. Bapak Moh. Alwi Oemry Kepala Perwakilan P dan K Sumatera Utara waktu itu dari pihak pemerintah dan Bapak Raja Syahnan, SH dari pihak Perguruan Harapan. Luas tanah yang diserahkan itu 5533 meter persegi, dengan bangunan diatasnya terdiri dari 18 lokal belajar. Kelengkapan lainnya saat itu sangat sederhana sehingga perlu perbaikan dan penambahannya.
Perbaikan dan penambahan segera diadakan oleh para
pendiri maupun para simpatisan, baik dengan dana dari kantong masing-masing,
maupun dengan dana bantuan yang diterima dari Bapak A.J.Mokoginta selaku
Pangkoanda Sum waktu itu, Perwakilan P dan K serta bantuan dari para dermawan.
Dengan Bismillahirrahmanirrahim, Bapak A.J.Mokoginta meresmikan perguruan ini
dengan nama PERGURUAN HARAPAN pada tanggal 4 Februari 1967. Perguruan ini
semula membuka sekolah 9 tahun, kemudian belakangan dipecah menjadi SD dan SMP.
Akhirnya menyusul dibukanya Taman Kanak-Kanak.
Kata HARAPAN mempunyai makna yang dalam, berupa
harapan dari para pendiri, agar melalui lembaga perguruan ini dapat dilahirkan
manusia-manusia Indonesia yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat. Semboyan “IMAN, ILMU, AMAL’ mengandung arti
harapan terciptanya manusia yang penuh iman, mempunyai ilmu yang berkualitas
dan dengan iman dan ilmu itu akan diamalkan bagi kepentingan negara, bangsa,
dan agama.
C.Objekstif Observasi
Waktu Dilakukan :
Kamis, 23 Mei 2013 pada jam 12.30 s/d 14.00
Lama Dilakukan :
90 Menit
Pembagian Tugas :Afif : Pelamar kesekolah, Pewawancara
Yusuf : Observer,Pewawancara
Ika : Observer, Pewawancara
Vina : Observer, Pewawancara,
Dokumentasi
Mira : Observer, Pewawancara,
Dokumentasi
Narasumber :
1. Tengku Angga Djovanka Putra (murid,
kelas 2 IPS)
2. Taufik al idrus (murid, kelas 2 IPS)
3.
Hana Fairuz Prikania Lubis ( murid, kelas 2 IPS)
4. Bapak Dhani Ahmad ( Guru Komputer)
5. Tasya (murid, kelas 2 IPS)
D. Teori Pendekatan
untuk Pembelajaran
Ada beberapa
pendekatan dalam pembelajaran, diantaranya :
I.
Pendekatan
Bihavioral
Behaviourisme
adalah pandangan yang menyatakan bahwa prilaku harus dijelaskan melalui
pengalaman yang dapat diamati bukan dengan proses mental. Menurut kaum
behaviouris, prilaku adalah sesuatau yang kita lakukan dan bisa dilihat secara
langsung, sedangkan proses mental adalah pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh
orang lain. Dalam pendekatan bihavioral ini, terdapat dua pengondisian yaitu :
a. Pengondisian
Klasik
Yaitu
tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau
mengasosiasikan stimuli. Dalam hal ini, stimulus netral akan diasosiasikan
dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan
respon yang sama. Dalam pengondisian klasik ini, ada dua tipe stimuli dan dua
tipe respons, yaitu :
-
Unconditioned Stimulus
(US) : sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada
pembelajaran terlebih dahulu.
-
Unconditioned Response
: respons yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US.
-
Conditioned Stimulus (CS)
: stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan respons setelah
diasosiasikan dengan US.
-
Conditioned Response
(CR) : respons yang dipelajari yakni respons terhadap stimulus yang
terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS.
b. Pengondisian
Operan
Yaitu
tipe pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku yang menghasilkan perubahan dalam
probabilitas prilaku itu akan diulangi. Pengondisian operan ini didasakan pada
pandangan E.L. Thorndike yaitu “Hukum Efek Thorndike” yang
menyatakan bahwa prilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan
prilaku yang diikuti dengan hasil negatif akan diperlemah. Dalam pengondisian
operan ini ditekankan pada penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment).
-
Reinforcement : konsekuensi
yang meningkatkan probabilitas bahwa sesuatu prilaku akan terjadi.
Reinforcement ini terbagi dua yaitu reinforcement positive yang diartikan
sebagai frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung (rewarding). Sedangkan reinforcement negative adalah frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan.
-
Punishment :
konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu prilaku.
II.
Pendekatan
Kognitif
Ada
empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran yaitu :
-
Pendekatan kognitif
sosial yang menekankan bagaimana faktor prilaku, lingkungan, dan orang
(kognitif) saling berinteraksi mempengaruhi proses pembelajaran.
-
Pemrosessan informasi,
menekankan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, ingatan,
pemikiran, dan proses kognitif lainnya.
-
Konstruktivis kognitif,
menekankan konstruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman.
Konstruktivis sosial, fokus pada
kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.
E.
Motivasi
Motivasi
adalah proses memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku, dengan kata lain
prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi,terarah dan bertahan
lama.
I.
Perspektif
tentang Motivasi
1. Perspektif
Behavioral
Menekankan imbalan dan
hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Pada
perspektif ini, digunakan insetif yaitu peristiwa atau stimuli postif atau
negatif yang dapat memotivasi prilaku murid. Insentif diyakini dapat menambah
minat atau kesenangan terhadap pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada
prilaku yang tepat dan menjauhkan mereka
dari prilaku yang tidak tepat.
2. Perspektif
Humanistis
Menekankan pada
kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk memilih
nasib mereka. Perspektif ini berkaitan dengan pandangan Abraham Maslow bahwa
kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan
yang lebih tinggi.
Hierarki
Kebutuhan Maslow :
2.
Kebutuhan akan rasa aman
3.
Kebutuhan untuk dicintai dan
disayangi
4.
Kebutuhan untuk dihargai
5.
Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Aktualisasi diri
merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan sulit untuk dicapai dalam hierarki
kebutuhan maslow karena dibutuhkan motivasi yang kuat untuk mengembangkan
potensi diri secara penuh sebagai manusia.
3. Persfektif
Kognitif
Menekankan pada pemikiran
murid untuk memandu motivasi mereka sendiri. Persfektif ini juga menekankan
arti pentig dari tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju satu
tujuan. Persfektif kognitif merekomendasikan agar murid lebih banyak kesempatan
dan tanggung jawab untuk mengontrol hasil prestasi nilai mereka sendiri.
4. Persfektif
Sosial
Setiap manusia memiliki
kebutuhan afiliasi atau keterhubungan yaitu motif untuk berhubungan dengan
orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan
pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid
tercermin dari motivasi mereka menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat,
keterikatan dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif
dengan guru.
I.
Motivasi
untuk Meraih Sesuatu
Terdapat dua jenis motivasi untuk meraih sesuatu yaitu :
1. Motivasi
Ekstrinsik
yaitu motivasi untuk
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai
tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti
imbalan dan hukuman.
2. Motivasi
Intrinsik
` Yaitu motivasi internal untuk melakukan
sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).
F. Orientasi Belajar
I.
Teacher-Centered
Learning (TCL)
Dalam
pendekatan ini fokus di sekolah adalah guru. Perencanaan dan instruksi disusun
dengan ketat oleh guru. Dalam hal ini, guru juga mengarahkan pembelajaran
murid, memiliki ekspetasi yang tinggi atas kemajuan murid, memaksimalisasi
waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha guru untuk
meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid.
Perencanaan
Teacher-Centered Learning
Ada
tiga alat umum dalam perencanaan ini :
1. Sasaran
behovioral (prilaku)
Pernyataan tentang perubahan yang
diharapkan oleh guru akan terjadi pada kinerja murid. Menurut Robert Mager
(1962) sasaran bihavioral mengandung tiga bagian:
-
Prilaku murid
-
Kondisi dimana prilaku
itu terjadi
-
Kriteria kinerja
2. Menganalisis
tugas
Difokuskan pada pemecahan suatau
tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen (Alberto &
Troutman, 1999). Analisis ini dilakukan melalui tiga langkah (Moyer &
Dardig, 1987) :
-
Menetukan keahlian atau
konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
-
Mendaftar materi yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator, dsb.
-
Mendaftar semua
komponen tugas yang harus dilakukan.
3. Menyusun
taksonomi intruksional
Taksonomi adalah sistem
klasifikasi. Taksonomi bloom oleh Benjamin Bloom dkk. (1956) mengklasifikasikan
sasaran pendidikan menjadi tiga domain :
a. Domain
Kognitif, sasarannya :
-
Pengetahuan
-
Pemahaman
-
Aplikasi
-
Analisis
-
Sintesis
-
Evaluasi
b. Domain
afektif (respons emosional terhadap tugas), sasarannya :
-
Penerimaan
-
Respons
-
Menghargai
-
Pengorganisasian
-
Menghargai
karakterisasi
c. Domain
psikomotor, sasarannya :
-
Gerak refleks
-
Gerak fundamental dasar
-
Kemampuan perseptual
-
Kemampuan fisik
-
Gerak terlatih
-
Prilaku nondiskusif
II.
Perencanaan
Learner-Centered Learning (SCL)
Pada
pendekatan ini fokusnya adalah kepada siswa bukan guru. Dalam hal ini, persepsi
murid terhadap linkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal
dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan
prestasi murid (McCombs, 2001 ; McCombs & Quiat, 2001).
Prinsip
Learner-Centered yang dikembangkan oleh gugus tugas America Psychological
Association (APA) dapat diklasifikasikan menjadi empat faktor :
1. Faktor
kognitif dan metakognitif , terdiri dari 6 prinsip :
-
Sifat proses
pembeljaran
-
Tujuan proses
pembelajaran
-
Konstruksi pengetahuan
-
Pemikiran stategis
-
Memikirkan tentang
pemikiran (metakognisi)
-
Konteks pembelajaran
2. Faktor
motivasi dan emosional
-
Pengaruh motivasi dan
emosi terhadap pembelajaran
-
Motivasi instrinsik
untuk belajar
-
Efek motivasi terhadap
usaha
3. Faktor
sosial dan developmental
-
Pengaruh perkembangan
pada pembelajaran
-
Pengaruh sosial
terhadap pembelajaran
4. Faktor
pebedaan individual
-
Perbedaan individual
dalam pembelajaran
-
Pembelajan dan
diversivitas
G. Managemen Kelas
Managemen kelas yang
efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002;
Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). Menegemen lingkungan yang baik adalah
mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan
lingkungan yang positif untuk pembelajaran, menbangun dan menegakkan aturan,
mengajak murid berkerja sama, mengatasi problem secara efektif, dan menggunakan
stategi komunikasi yang baik.
Ada dua tujuan
managemen kelas yang efektif : membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu
untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada
tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
I.
Mendesain
Lingkungan Fisik Kelas
·
Gaya Penataan
-
Gaya auditorium
tradisional, semua murid duduk menghadap guru.
-
Gaya tatap muka (face
to face), murid saling menghadap satu sama lain.
-
Gaya off-set, sejumlah
murid (3-4 orang) duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu
sama lain.
-
Gaya seminar, sejumlah
besar murid (10 atau lebih) duduk din susunan berbentuk lingkaran, persegi,
atau bentuk U.
-
Gaya Klaster (cluster),
sejumlah murid (4-8 orang) berkerja dalam kelompok kecil.
II.
Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
·
Strategi Umum
-
Gaya otoritatif
Guru yang otoritatif akan cendrung
mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau berkerja sama dengan teman,
dan menujukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoritatif akan melibatkan
murid dalam kerja sama give-and-take dan menujukkan sikap perhatian kepada
mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan
dari murid. Stategi menagemen kelas yang otoritatif akan mondorong murid untuk
menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.
H. Laporan
Hasil Penelitian
I. Hasil wawancara guru
Hasil
penelitian yang kami dapat dari wawancara guru kelas, bapak Ahmad
Maradhani yang telah sudah mulai
mengajar di SMA Harapan 1 sejak Januari 2011, bahwa E-learning itu sendiri yang
merupakan pembelajaran secara online sudah mulai diterapkan di SMA Harapan 1.
Namun sayangnya terhambat pemakaiannya dikarenakan server dan website yang
bermasalah, oleh karena itu untuk mengatasi hambatan ini, maka bapak Ahmad
mencari solusi dengan cara membuat blog pribadi yang digunakan untuk siswa
dapat mengambil materi, khususnya dalam mata pelajaran yang diajarkan beliau
yaitu TIK. Namun khusus dalam ujian
Bapak Ahmad sendiri menyatakan belum menggunakan metod ujian online hal ini
juga dipengaruhi keadaan website yang tidak mendukung namun beliau meyakini
bahwa setelah website sekolah tersebut sudah diselesaikan prosesnya maka akan
banyak berfungsi untuk mendukung adanyan e-learning dan metode ujian online
yang disertakan video pembelajaran dan bukan hal yang tidak mungkin mungkin
saja bisa direalisasikan juga. Bapak Ahmad mengatakan bahwa E-learning yang
diterapkan dari website tersebut prosesnya sudah berlangsung selama dua tahun
yang didukung oleh direktorat pendidikan. Dalam hambatan penggunaan E-Learning
itu sendiri bapak Ahmad mengakui bahwa E-learning di SMA Harapan 1 sendiri
masih belum direalisasikan karena server dan website yang masih dalam perbaikan
dan proses penyelesaian sebagai contohnya saat murid dan guru jika ingin masuk
ke website tersebut mengalmi kesulitan dalam ha me-login, namun beliau yakin tidak akan lama lagi hambatan tersebut
akan dapat di atasi. Terlebih lagi banyak guru-guru di SMA Harapan 1 yang sudah
mulai meng-update bahan ajar merak di
website tersebut yang enjadi bukti bahwa website tersebut memang sudah mulai
dioperasikan.
Saat
ditanyakan peran dan manfaat E-Learning itu sendiri pak Ahmad mengakui
E-Learning itu sendiri sangat bermanfaat, beliau merasa terbantu juga
dikarenakan dalam menggunakan E-Learning akan membantu guru agar lebih efesien
dan hemat waktu untuk mengoreksi tugas dan juga menghemat biaya karena tidak
perlu mem-fotocopy bahan ajar yang perlu dibagikan kepada siswa satu per satu.
Namun manfaat E-Learning yang paling utama ialah siswa dapat mengakses
pelajaran dimana saja dan kapan saja, juga tidak menyusahkan mereka untuk
membawa buku yang banyak, cukup menggunakan teknologi saja, contohnya dapat
mengaksesnya lewat handphone, ataupun laptop, ditambah banyak murid yang sudah
dilengkapi dengan Ipad, Tablet dan smartphone lainnya yang dapat mendukung
E-Learning itu sendiri. Bapak Ahmad sendiri lebih memilih E-Learning dalam
proses belajar dan mengajar dikarenakan tuntutan jaman sekarang, bahwa sekolah
perlu memiliki teknologi seperti contohnya komputer untuk mempermudah proses
belajar. Hal ini juga mempengaruhi tuntutan yang mengharuskan guru wajib mengetahui
teknologi. Di SMA harapan 1 sendiri sudah memiliki 75% guru yang memang sudah
mahir teknologi khususnya komputer. Namun saat ditanyakan keadaan siswa yang
belum bisa dilepas jika belajar alias masih perlunya pengawasan ketat, pak ahmad mengakui penggunaan
E-Learning itu juga tidak bisa spotan dilaksanakan dikarenakan siswa belum bisa
mandiri dalam belajar dan harus diawasi secara langsung. Contohnya saja jika diberikan tugas atau
ujian, sang guru tidak dapat memastikan bahwa siswa tersebutlah yang mengerjakan
tugas tersebut secara pribadi tanpa adanya bantuan orang lain. Menanggapi hal
ini, pak Ahmad mengatakan untuk sekarang lebih baik siswa menggunakan
E-Learning namun tetap di bawah pengawasan langsung oleh guru. Dalam hal
student center learning dan teacher center learning sendiri bapak Ahmad
menyatakan bahwa masih lebih cocok menggunakan teacher center learning
khususnya di SMA Harapan 1. Karena siswa belum bisa diberikan tanggung jawab
untuk mencari materi sendiri dalam proses belajar mengajar.
II. Fasilitas Kelas
Khusus dalam ruangan praktek komputer di SMA
Harapan 1. Laboratorium komputer SMA Harapan 1 memiliki fasilitas:
·
Ruangan
9x12m
·
Komputer
48 unit
·
Pencahayaan
6 unit lampu
·
AC
6 unit
·
Proyektor
·
Microfon
·
Loudspeaker
2 unit
Dari keterangan diatas dengan
bayak siswa yang bekisar 35 siswa per kelasnya, dapat kita nilai bahwa
laboratorium komputer di SMA Harapan 1 dilengkapi dengan fasilitas belajar yang
sangat baik khususnya dalam hal elektronik.
III.
Evaluasi
Berdasarkan dari hasil observasi yang
telah dijelaskan diatas, kami menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa yang kami
wawancarai belum terlalu mengenal apa itu e-learning, sistem yang digunakan
pada saat e-learning, dan konsep e-learning yang pernah digunakan oleh mereka.
Padahal mereka sudah sering menggunakan e-learning dalam kegiatan sehari-hari.
I. Rangkuman
Hasil Observasi
I. Menurut
Kelompok
Observasi
yang kami lakukan di sekolah SMA harapan 1 swasta. Metode pembelajaran yang
mereka lakukan adalah metode behavioral. Ini dikarenakna guru menekankan
imbalan dan hukuma dalam menentukan motivasi murid. Sedangkan dalam proses
pembelajaran guru menggunakan TCL (teacher center learning). Ini dapat dilihat
dari guru yang mengajar di kelas dan menjadi pusat pembelajaran. Seperti member
instruksi secara langsung kepada murid. Sedangkan gaya pembelajaran yang
digunakan adalah gaya otoritatif. Ini dapat dilihat dari guru yang mengajak
murid untuk bekerja sama dalam melakukan pembelajaran. Tapi sayangnya pembelajaran
yang dilakukan didalam kelas kurang baik. Ini dikarenakan masih ada murid yang
datang terlambat, padahal mereka sedang ujian. Dan juga kondisi kelas yang
berisik selama pembelajaran.
II. Menurut
Pribadi
Dari hasil observasi tersebut yang dapat saya cermati
adalah bahwa murid-murid pada SMA
tersebut menggunakan metode belajar behavioral karena mereka masih terlihat
mengharapkan imbalan ataupun nilai dalam pelajaran tersebut. Sedangkan pada
orientasi belajarnya mereka menggunakan TCL (teacher
center learning). Ini terlihat
saat pembelajaran berlangsung, disini terlihat bahwa guru yang mengatur dan
mengarahkan pelajaran, murid hanya tinggal mengikuti saja apa yang dipraktekkan
oleh guru. Gaya pengajarannya pun bersifat otoritatif dimana guru mengajak muridnya
untuk berkerja sama dalam pembelajaran tersebut. Namun, karena motivasi murid
yang kurang proses belajar mengajar berjalan dengan kurang baik. Masih ada
murid yang ribut di kelas, tidak memperhatikan pelajaran, bahkan ada yang
datang terlambat.
J.
Testimoni Tiap Anggota Kelompok
I. R.M Afif
Andri Nabawi
Pada awal
memasuki lab computer SMA harapan 1 medan saya merasa tidak asing sekaligus
melepas rindu dengan SMA saya tercinta tersebut. Observasi kali ini saya rasa
berbeda dari yang sebelumnya karena kebetulan saya mengenal dekat beberapa
junior saya yang kami observasi sehingga observasi menjadi lebih real. Terlebih
selama proses observasi berlangsung, saya mendapat kesempatan untuk
menyampaikan maksud kedatangan kelompok kami ke sekolah tersebut dan kami
mendapat sambutan yang sangat ekshiliratif. Berkaca dari kesuksesan hasil
observasi kami, saya masih mengingat bagaimana kerjasama kelompok kami yang
sangat tangkas dan cepat serta teliti dalam proses observasinya dimana tugas
yang kami selesaikan sangat terintregasi. Disisi lain, saya mengamati (sebagai
observer) berusaha seobjektif mungkin menangkap proses-proses dan segala
kejadian yang terkombabulasi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tentu saja
observasi kali ini menjadi salah satu yang special bagi saya dimana ‘keunikan’
siswa siswi SMA harapan 1 yang notabene junior dekat saya sangat terevelasi.
Mulai dari cara mereka memulai pembelajaran, respon terhadap guru dan observer
serta dinamika kelas yang sangat dramatis. Output apa yang saya dapatkan? Dari
sekian banyak hasil yang saya dapatkan, dapat saya asersikan bahwa ilmu
psikologi pendidikan sangatlag aplikatif, terbukti sebagaimana teori-teori yang
diajarkan dapat terlihat pada siswa. Lalu juga ternyata dinamika kelas dan cara
pengajaran sangat memperngaruhi bagaimana jalannya kelas secara keseluruhan.
Dan yang paling utama adalah konsep e-learing serta implementasinya pada
pengajaran yang terbukti sangat mumpuni dalam memfasilitasi siswa ataupun
minimal menjadi suatu hal penunjang yang sangat efektif. Terlepas dari segala
asumsi dan premis mengenai observasi kali ini, saya salut kepada kelompok saya
dan kesempatan kami untuk melakukan observasi di SMA Harapan 1 Medan. Overall,
observasi psikologi pendidikan sangat berkesan dan melekat dihati.
II. Muhammad
Yusuf Lubis
Pada
saat tugas ini diberikan saya merasa senang dan juga merasa sedikit gugup dalam
mengerjakan tugas ini. Ini dikarenakan, baru pertama kali ini saya melakukan
observasi ke sekolah. Pada awalnya kami bingung menentukan sekolah mana yang
akan kami jadikan tempat kami melakukan observasi. Ini dikarenakan kami belum
memahami dengan jelas apa itu elearning, tapi setelah mendapat penjelasan dari
ibu dina tentang elearning pada saat dikelas. Pikiran kami mulai terbuka dalam
menentukan sekolah mana yang akan kami pilih. Akhirnya kami memilih melakukan
observasi di sekolah SMA harapan 1. Kebetulan salah seorang anggota kelompok
kami adalah alumni daroi sekolah tersebut.
Pada
saat hari H, kami melakukan observasi dengan membagi tugas. Selama proses
observasi, saya dapat melihat beberapa teori psikologi pendidikan yang
digunakan selama pembelajaran.
III. Vina Aulia
Pratiwi
Selama kegiatan observasi ini
dilakukan saya mendapat banyak pelajaran baru. Karena ini merupakan pertama
kalinya saya melakukan observasi langsung selama saya menjadi mahasiswa saya
menjadi sangat antusias. Selama kegiatan observasi ini berlangsung kami dapat
mengobservasi dengan baik. Para peserta yang diobservasi pun terlihat bertindak
seperti biasa tanpa merasa bahwa mereka sedang diobservasi. Melalui kegiatan
observasi ini saya dapat melihat berbagai hal dari peserta yang diobservasi.
Saya melihat bagaimana motivasi mereka mengikuti pelajaran tersebut, bagaimana
orientasi belajar yang mereka lakukan, teori pembelajaran apa yang mereka
gunakan, dan bagaimana manajemen kelas yang ada pada ruangan tersebut, sehingga
saya bisa mengaitkan teori-teori yang telah saya pelajari pada mata kuliah
psikologi pendidikan ke dalam observasi yang kami lakukan tersebut. Kegiatan observasi
ini sangat membantu saya untuk lebih mengerti lagi tentang teori-teori yang
telah saya pelajari karena saya dapat melihat langsung pengaplikasiannya pada
kegiatan observasi ini. Namun, pada saat kegiatan wawancara hanya beberapa
orang yang mengerti mengenai konsep e-learning yang sedang kami observasi ini,
kebanyakan dari mereka tidak mengerti apa sebenarnya e-learning itu
padahal pada saat itu mereka telah
melakukan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode e-learning itu sendiri.
IV. Ika Maria
Perencanaan peneltian
diputuskan sehari sebelum prakteknya. Kelengkapan observasi kami lengkapi pada
hari H. Dalam proses observasi sendiri sangat terbantu dikarenakan ada anggota
kelompok kami yang merupakan alumni sekolah tersebut namun hambatannya adalah
ketika kelompok kami dan kelompok lain yang juga memiliki hari yang sama dengan
kami observasinya. Maka kami berdiskusi agar tidak saling bertabrakan dalam
menyelesaikan Obsrevasi ini. Dalam proses wawancara dan melihat keadaan kelas
juga terbilang tepat waktu dari yang kami harapkan.
V. Al Mira Putri
Testimoni saya mengenai perencanaan dan proses observasi adalah
pada saat tugas ini diberikan, kami sudah tahu sekolah mana yang akan di
observasi. Lalu Afif sebagai alumni sekolah tersebut datang ke sekolah itu dan
bertanya kepada guru TIK disekolah itu untuk menanyakan jadwal yang pas untuk
melakukan observasi. Setelah jadwalnya sudah fix, kami melakukan observasi ke
sekolah tersebut. Kami sampai di sekolah itu pukul 11.30 WIB dan kami harus
menunggu selama 90 menit untuk dapat melakukan observasi karena kelasnya baru
mulai pada pukul 13.00 WIB. Sebelum observasi dimulai, kami memperkenalkan diri
terlebih dahulu kepada guru dan siswa-siswi di kelas itu. Setelah itu kami
melakukan observasi. Saat observasi berlangsung, kami memperhatikan proses
pembelajaran yang berlangsung, seperti perilaku siswa yang berada di kelas
tersebut, peran guru, dan lingkungan yang mendukung terjadinya proses
pembelajaran, seperti benda-benda atau perangkat yang digunakan. Sebelum kelas
berakhir, kami melakukan proses wawancara kepada 5 orang murid dan guru yang
terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.
hmm,, menarik ya blognya sayang.. mmuachh.. :)
BalasHapus